Rabu, 14 Juni 2017

MAKANAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN

OKTAPIANA NAPITUPULU
150302030

 


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang        
Indonesia memiliki sumberdaya hayati laut yang sangat besar dengan kandungan berbagai macam jenis makhluk hidup di dalamnya. Kekayaan hayati tersebut diantaranya adalah ikan yang mempunyai manfaat dalam bidang kesehatan karena ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi serta dapat memberikan keuntungan dari segi ekonomi dengan nilai jual yang tinggi. Kandungan gizi yang utama pada ikan adalah protein dan asam-asam lemak esensial yang sangat berguna bagi kesehatan manusia. Sumber daya perikanan dan kelautan merupakan sumber daya yang relatif kompleks. Dalam hal ini lingkungan pengelolaan pun sangat berbeda dari sumber daya terestial lainnya. Dari sisi sumber daya, stok sumber daya ikan, misalnya, bermigrasi dan bergerak dalam ruang tiga demensi. Kondisi ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan, misalnya saja menyangkut pengaturan hak kepemilikan atas sumber daya tersebut (Bhagawati, dkk., 2013).
Wilayah perairan laut Indonesia memiliki potensi sumberdaya hayati (ikan)yang berlimpah dan beraneka ragam. Potensi perikanan tersebut terdiri atas potensi ikan pelagis dan demersal yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara dan perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Berbagai potensi hasil laut yang melimpah diantaranya ikan pelagis seperti ikan tongkol, layur, dan tembang (Mutianugrah, dkk., 2014).
Sumber daya perikanan dan kelautan merupakan sumber daya yang relatif kompleks. Dalam hal ini lingkungan pengelolaan pun sangat berbeda dari sumber daya terestial lainnya. Dari sisi sumber daya, stok sumber daya ikan, misalnya, bermigrasi dan bergerak dalam ruang tiga demensi. Kondisi ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan, misalnya saja menyangkut pengaturan hak kepemilikan atas sumber daya tersebut. aktivitas pengelolaan sumberdaya ikan, dan merupakan suatu keharusan agar tersedia dasar kuat dalam menyusun kebijakan perikanan tangkap (Patriono, dkk., 2009).
Perairan umum yang terdapat di indonesia cukup luas dan mengandung sumberdaya perikanan  yang sangat luas dan potensial. Pemanfaatannya sebagai sumber perikanan umumnya dilakukan dengan jalan penangkapan. Perairan umum di beberapa daerah sudah dimanfaatkan untuk usaha budidaya meskipun masih dalam hidup pada tahap permulaan atau percobaan. Masyarakat sering melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari (Piscandika, dkk., 2013).
            Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan pengetahuan tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pada umumnya bentuk tubuh ikan berkaitan erat dengan habitat dan cara hidupnya. Secara umum bentuk tubuh  ikan adalah simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, terdapat beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (crosssection) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh (Burhanuddin, 2008).
            Pola kehidupan ikan tidak bisa dipisahkan dari adanya berbagai kondisi lingkungan. Parameter oseanografi seperti suhu permukaan laut, salinitas, konsentrasi klorofil laut, cuaca dan sebagainya serta perubahannya akan mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan ikan, seperti kecepatan makan ikan, metabolisme, pemijahan, dan aktifitas lainnya. Hal ini berarti bahwa perubahan parameter oseanografi akan  berpengaruh terhadap keberadaan ikan dan pembentukan daerah penangkapan yang potensial (Hafiludin, 2011).
Ikan merupakan vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekonomis yang spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (external anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh beberapa jeis ikan (Burhanuddin, 2008).
Ikan sebagai hewan air mempunyai mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaannya adalah menyebabkan perkembangan organ-organ disesuaikan dengan air, baik di perairan tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapat mengetahui kekuatan ataupun arah laut, karena ikan dilengkapi dengan organ-organ yang di kenal dengan linnea lateralis. Organ ini tidak ditemukan pada hewan darat. Contoh lain perbedaan konsentrasi antara medium tempat hidup dan konsentrasi cairan tubuh ikan dengan cara melakukan osmoregulasi untuk menjaga tubuhnya (Hafiludin, 2011).
Tujuan Penulisan
            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.         Untuk mengetahui cara makan dalam mengambil makanan dalam perairan.
2.         Untuk mengetaui metode yang digunakan untuk mengukur kebiasaan makan.


Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan mengenai makanan dan kebiasaan makan ikan.










BAB II
ISI
Ikan Secara Umum




Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimilki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu di perairan tawar maupun di perairan laut yang menyebabkan ikan harus dapat mengetahui kekuatan maupun arah arus, karenanya ikan di lengkapi dengan organ yang di kenal sebagai linea lateralis. Organ ini tidak ditemukan pada hewan darat (Fujaya, 2002).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang/ vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 spesies yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih (Burhanuddin, 2008).
Ikan adalah kelompok vertebrata yang salah satu habitatnya adalah sungai dan memiliki jenis paling banyak. Ikan mendominasi kehidupan perairan diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil dicatat adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan berkembang mencapai 28.000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan bumi adalah 21.000 spesies sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan sekitar 43.173 spesies (Katili, 2011).
Ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 spesies yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar (Burhanuddin, 2008).

Makanan Ikan
Ketersediaan pakan di perairan bebas memungkinkan ikan untuk memilih dan mencari sumber makanan yang dibutuhkannya tanpa terbatas ruang dan waktu, sedangkan ikan yang dibudidayakan dalam suatu petakan tambak relatif tidak mempunyai alternatif lain dalam memilih dan mencari sumber makanan karena ruang gerak dan habitatnya dibatasi oleh petakan tambak. Situasi ini mengarahkan ikan dalam suatu kondisi ketergantungan pakan yang di suplai dari luar lingkungannya, karena ketersediaan pakan alami yang ada di dalam perairan tersebut semakin menipis dengan bertambahnya ukuran ikan dan bahkan pada waktu tertentu akan mengakibatkan habisnya pakan alami tersebut (Lisna, 2003).
Makanan ikan adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi ikan di habitatnya, dapat berupa tumbuhan (makrofita), algae, plankton, ikan, udang, cacing, benthos, dan serangga atau larva serangga. Uurutan kebiasaan makanan ikan dikategorikan ke dalam tiga golongan yaitu pakan utama, pelengkap, dan tambahan. Sebagai batasan yang dimaksud dengan pakan utama adalah jenis pakan yang mempunyai index of preponderance lebih besar dari 25%, pakan pelengkap mempunyai index of preponderance antara 4- 25%, sedangkan pakan tambahan memiliki index of preponderance kurang dari 4% (Asyari dan Fatah, 2010).
Food habits (kebiasaan makan) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil, Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relative singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan terjadi kelaparan dan kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai mortalitas besar                (Patriono, dkk., 2009).
Makanan bagi ikan dapat merupakan faktor yang menentukan populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan, Macam makanan satu spesies ikan tergantung pada umur, tempat, waktu, dan alat pencernaan dari ikan itu sendiri (Effendie, 1992). Pakan ikan secara ekologis merupakan hal yang utama dalam mempengaruhi penyebaran ikan khususnya ikan air tawar. Dengan mengetahui makanan atau kebiasaan makan satu jenis ikan dapat dilihat hubungan ekologi antara ikan dengan organisme lain yang ada di suatu perairan, misalnya bentukbentuk pemangsaan, saingan, dan rantai makanan(Asyari dan Fatah, 2010).

Kebiasaan Makan Ikan
Ikan herbivora pada umumnya mudah menerima makanan tambahan maupun makanan buatan. Beberapa makanan tambahan yang diberikan misalnya dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang dan sisa-sisa sayuran. Pemebrian makanan buatan sebaiknya dicampur dengan bahan hijauan seperti tepung daun turi, tepung daun lamtoro, tepung daun singkong dll. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan yang sesuai dengan mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya, Apabila telah dewasa ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan induknya. Refleksi perubahan makanan pada waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila dewasa akan mengikuti kebiasaan induknya dapat terlihat pada sisiknya(Rahmawati, dkk., 2016).
Contoh Ikan Herbivora

Ikan-ikan karnivora pada umumnya agak sulit menerima makanan tambahn terutama pakan buatan. Jenis ikan ini pada umumnya menyukai makanan berupa cincangan atau gilingan daging ikan atau hewan-hewan lain yang masih segar. Apabila diberikan makan buatan ikan ini memerlukan latihan yang lama dan komposisinya harus banyak mengandung bahan hewani dan aroma cukup merangsang (aroma dagingnya). Makanan campuran adalah makanan hewani dan nabati, jenis makanan ini dapat dimakan selagi masih hidup seperti, gangang, lumut, serangga cacing dan juga dalam bentuk mati seperti limbah industri pertania, bangkai dll. Ikan yang suka menyantap makanan campuran ini disebut ikan omnivora, beberapa contoh ikan omnivora yaitu ikan mas, mujair, lele dll. Ikan omnivora lebih mudah menerima makanan tambahan maupun makanan buatan sewaktu masih larva, benih maupun dewasa (Hafiludin, 2011).
Contoh Ikan Karnivora

Banyak spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam perairan sehubungan dengan musim yang berlaku, Dalam suatu daerah geografis luas untuk suatu spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya. Perbedaan ini bukan untuk satu ukuran saja tetapi untuk semua ukuran, Jadi untuk satu spesies ikan dengan ukuran yang sama dalam daerah berbeda, dapat berbeda kebiasaan makanannya. Perbedaan ini dapat terlihat jelas pada spesies ikan yang hidup dalam perairan tawar, namun dalam suatu perairanpun kalau terjadi perubahan linkungan sehingga menyebabkan perubahan persediaan makanan. Ikan akan merubah kebiasaan makanannya. Pada kultur ikan bandeng di Filipina, dengan mengunakan system kultur yang baru, ikan bandeng tersebut dipaksa memakan plankton lain, kita mengetahui bahwa makanan ikan bandeng adalah thi air (lablap) yang terdiri dari kelompok ganggang hijau biru (Mantau, dkk., 2004).
Saluran pencernaan ikan telah disesuaikan dengan makanan yang dikonsumsi oleh ikan tersebut, agar proses mencerna makanan dapat berlangsung optimum. Ikan yang bersifat herbivora memiliki saluran pencernaan yang lebih panjang dibandingkan ikan omnivora dan karnívora karena jenis makanan yang dimakan seperti tumbuh-tumbuhan dan lainnya lebih susah hancur sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencernanya. Pada ikan vegetaris (herbivora) saluran pencernaan dapat tiga kali panjang tubuhnya. Dari pengamatan panjang usus ikan motan, panjang saluran pencernaannya bahkan mencapai 5,9 kali panjang tubuh ikan tersebut. epiting rnerupakan pilihan makanan sesudah udang. Kelompok organisme makanan ikan kurisi ketiga adalah ikrn. yang nilai lP-nya berfluktuasi. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada perubahan menu makanan ikan kurisi ditinjau dari waktu. Namun hal ini masih harus dilihat pada bulan - bulan lain da kelompok ikan kecilkepiting berperan sebagai makanan utama diikuti oleh udang; beranjak pada kelompok sedang makanan berganti menjadi udang sedangkan kepiting merupakan pilihanke dua (Rahmawati, dkk., 2016).
            Penggolongan kebiasaan makan ikan tidak hanya berdasarkan tempat saja, tapi saat kebisaan makan ikan juga digolongkan berdasarkan kapan (waktu) ikan manecari makan. Penggolongannya adalah jenis ikan yang aktif mencari makan pada siang hari. Jenis ikan ini memiliki aktivitas makan yang banyak dilakukan pada siang hari. Pada malam hari, mereka lebih banyak beristirahat. Jenis ikan dengan aktivitas seperti itu disebut ikan diurnal contohnya ikan mas, nila, bawal, dan gurami. Jenis ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Ikan yang masuk dalam kategori ini jarang mencari makanan pada siang hari, tetapi aktif mencari makan di malam hari.  Jenis ikan yang aktif mencari makanan pada malam adalah lele dumbo, lele lokal, dan patin (jambal) (Lisna, 2013).
Komposisi makanan yang terdapal pada lambung ikan kurisi selengkapnya dari jenis makanan yang dianalisis sebagian dapat diidentifikasi sampai tingkat genus seperri Stolephorus, sementara sebagian lain hanya sampai tingkat famili misalnya Trichiuridae, dan bahkan ada yang taksa di atas famili antara lain Polychaeta. Hal ini terjadi karena proses pencernaan sudah berjalan sehingga yang ditemukan adalah organisme yang tidak utuh lagi. Lebih jauh lagi ada yang sama sekali sulit untuk diidentifikasi untuk kelompok besar sekali karena sudah berupa hancuran makanan. Pada tabel ini terdapat 9 kelompok makanan yang kesemuanya adalah hewan dan satu kumpulan jenis makanan yang sulit diidentifikasi karena berupa hancuran. Kelompok terakhir ini diduga berasal dari antara 9 kelompok lainnya. Dengan melihat jenis makanannya dapat ditarik satu kesimpulan bahwa ikan kurisi termasuk kedalam kelompok karnivor. Secara morlologis terlihat dari nisbah panjang usus (Mantau, dkk., 2004).






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Kesimpulan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.            Cara makan ikan ialah dengan mengambil makanan di permukaan berupa fitoplanktin, tumbuhan air, alga dan jenis makanan seperti lumut yang menempel pada bebatuan, cacing air dan jentik nyamuk.
2.            Metode yang digunakan untuk mengukur kebiasaan makan ikanadalah dengan menggunakan metode gravimetric dan volumetric.



DAFTAR PUSTAKA
Asyari dan K. Fatah. 2010. Kebiasaan Makan dan Biologi Reproduksi Ikan Motan (Thynnichthys polyepis) di Waduk Kota Panjang Riau. Penelitian pada Balai Riset Perairan Umun, Palembang.

Bhagawati, D., M. N. Abulias dan A. Amurwanto. 2013. Fauna Ikan Siluriformes dari Sungai Serayu, Banjaran dan Tajum di Kabupaten Banyumas.Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Semarang.

Burhanuddin, A. I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman System Organ Ikan yang Berbasis Scl Pada Matakuliah Ikhtiologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Ilmu Perikanan. Universitas Hasanuddin, Manado.

Hafiludin. 2011. Karakteristik Proksimat Dan Kandungan Senyawa Kimia Daging Putih Dan Daging Merah Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis). Jurnal Kelautan, Vol 4, ISSN : 1907-9931.

Liana, Y. P. 2007. Efektifitas Aromatase Inhibitor Yang Diberikan Melalui Pakan Buatan Terhadap Sex Reversal Ikan Nila Merah Oreochromis Sp. Jurnal Akuatik .Vol 2 ISSN : 1978 – 1652.

Lisna 2013. Seksualitas, Nisbah Kelamin dan Hubungan Panjang-Berat (Rasbora Argyrotaenia ) di Sungai Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Fakultas Pertenakan Universitas Jambi, Jambi.

Mantau, Z., J.B.M, Rawung dan Sudarty. 2004. Pembenihan Ikan Mas yang Efektif dan Efisien. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.

Mutianugrah, P.D., Iskandar dan U. Subhan. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Hipifisa Sapi dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Tambakan (Heleostoma temminckii). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4) : 123-126. ISSN : 2088-3137.

Patriono, E.,  E. Junaidi dan A. Setiorini. 2009. Pengaruh Pemotongan Sirip Terhadap Pertumbuhan Panjang Tubuh Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Fakultas  Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ,Universitas Sriwijaya, Palembang.

Piscandika, D.,  T. Efrizal dan L. W. Zen. 2013.  Potensi dan Tingkat  Pemanfaatan Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis Dan Auxis Thazard) yang Didaratkan pada Tempat Pendaratan Ikan Desa Malang Rapat Kecamatan  Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, Bintan  Provinsi Kepulauan Riau.  Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Raja Ali Haji, Aceh.

Rahmawati, Z., U. Yanuhar dan D. Arfiati. 2016. Analisis Histopatologi Otot Ikan Mas (Cyprinus Carpio) yang Terinfeksi Koi Herpes Virus (Khv) pada Kolam Pemeliharaan Ikan Mas. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang.

Sjafei, D.S., C.P.H, Simanjuntak dan M.F. Rahardjo. 2008. Perkembangan kematangan gonad dan Tipe Pemijahan Ikan Selais (Ompok Hypophthalmus) di Rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Jurnal  Iktiologi Indonesia, Vol 8 (2). 

Tahapari, E dan R.R.S.PS, Dewi. 2013. Peningkatan Performa Reproduksi Ikan Patin Siam (Pangasianodon Hypophthalmus) Pada Musim Kemarau Melalui Induksi Hormonal. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan. Subang, Jawa Barat.

Widiana, A., a. Kusumorini dan S. Handayani. Potensi Fitoplankton Sebagai Sumberdaya Pakan Pada Pemeliharaan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio) di BBPAT Sukabumi. UIN SDG, Bandung.

2 komentar:

  1. How to get to WynnBET in Las Vegas by Bus - JtmHub
    Directions 전라북도 출장안마 to WynnBET (Paradise) with public transportation. The following transit lines have 군포 출장마사지 routes 거제 출장안마 that 경주 출장샵 pass near Wynn Las 김해 출장마사지 Vegas and

    BalasHapus